Sunday, January 26, 2020

Budidaya Cacing Sutra Untuk Perikanan

Budidaya Cacing Sutra Untuk Perikanan
Pembuatan Media Cacing Sutra
(Tubifex SP) source BPBAT Tatelu

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan saat ini, hubungan antara bidang budidaya pakan alami dengan ilmu perikanan secara umum adalah sangat erat. Salah satu pakan alami air tawar yang sekarang menjadi salah satu primadona pakan alami yaitu cacing Sutra (tubifex SP). Cacing sutera sering juga disebut cacing rambut atau cacing darah merupakan cacing kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Banyak peruntukan yang bisa dimanfaatkan dari cacing yang berada di lumpur tersebut seperti sebagai bahan baku obat dan kosmetik, bahan baku pakan ternak ayam, bebek dan ikan. Namun peternak cacing sutera lebih mengarah pada pakan ternak dan ikan. 

Habitat hidup cacing sutera

Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan.

Cacing sutra (Tubifex sp) umumnya ditemukan pada daerah air perbatasan seperti daerah yang terjadi polusi zat organik secara berat, daerah endapan sedimen dan perairan oligotropis. Spesies cacing Tubifex sp ini bisa mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra (Tubifex sp) ialah endapan lumpur dan tumpukan bahan organik yang banyak.

Tubifex sp, dapat hidup di berbagai habitat. Mereka biasanya menguburkan diri dalam lumpur atau membuat liang di dalam lumpur. Mereka membuat tabung yang menetap atau dapat di bawa-bawa. Tabung tersebut dibuat dari lumpur, butir-butir mineral atau sampah yang dilekatkan satu sama lain dengan lendir. Namun kehadirannya di perairan sering dikatakan merupakan indikator pencemaran air. Tubifex berkembang baik pada media yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut berkisar antara 2,75 – 5, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30°C dan pH air antara 6 – 8.
Baja juga; Pakan Ikan Nila Protein Tinggi

Apa saja makanan cacing sutera?

Makanan untuk cacing sutra, yakni bahan organik yang sudah bercampur dengan sedimen atau lumpur yang ada di dasar lahan (perairan).untuk makanan cacing sutra yang baik selain endapan lumpur seperti di atas anda juga dapat menambahkan ampas tahu atau kotoran ayam untuk makanan sehari-hari.

Kandungan gizi cacing sutera

Sebagai pakan ikan hias air tawar, cacing ini mempunyai peranan yang cukup penting. Pakan dari cacing mampu memacu pertumbuhan ikan jauh lebih cepat dibanding pakan alami jenis lainnya. Hal ini disebabkan kandungan lemak dan protein cacing ini cukup tinggi. Cacing ini mempunyai kandungan protein 51,9 %, karbobidrat 20,3 %, lemak 22,3 %, dan bahan abu 5,3 %. Sedangkan asam amino penyusun proteinnya juga lengkap.

Bahayakan cacing sutera untuk manusia? Dikutip dari alodokter.com; Bila cacing sutera tertelan dalam tubuh manusia, maka secara umum tidak menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Dan sampai saat ini belum ada laporan berkaitan kasus penyakit karena masuknya cacing sutra dalam tubuh manusia.

Bisakah budidaya cacing sutra? 

Bisa, sekarang sudah banyak pembudidaya cacing sutera di Indonesia seperti di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogja, Jawa Timur, Jakarta, Sumatera Utara bahkan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) di Tatelu juga sudah ada. 
Baca juga; Sistem Usaha Agribisnis Ikan Fatin

Bagaimana cara membuat media budidaya tubifex? 

Pembuatan media kultur bertujuan untuk membuat media berkembangnya cacing sutera sehingga dapat memberikan daya dukung dan produktivitas yang  baik  pada produksi pakan alami cacing sutera. Adapun pembuatan media budidaya cacing sutra adalah sebagai berikut :
lumpur halus setelah ditiriskan selama 24 jam, dimasukkan kedalam bak kultur ukuran 2 x 1 x 0,5 m. Lumpur halus tersebut dicampur dengan pupuk kandang dan dedak padi halus/bekatul dengan perbandingan 2:1:0.5 (artinya Lumpur=50kg:Pupuk=25kg:12.5kg bekatul), dengan tinggi media kurang lebih 10-15 cm. Bekatul terlebih dulu di fermentasi menggunakan Effective Microorganism (EM4), Dengan cara 25 ml EM4 di encerkan ke dalam ember berisi 5 liter air kemudian diaduk rata dengan menggunakan sendok plastik, setelah itu masukkan 12.5 kg bekatul kedalam ember dan di campur merata menggunakan stik pipa agar bekatul dan EM4 menyatu sempurna. Setelah itu bekatul yang difermentasi itu disimpan dan ditutup rapat dengan penutup dalam ember kapasitas 25 liter, biarkan selama 3 hari agar proses fermentasi terjadi dan setelah itu baru dicampurkan dengan lumpur halus.  Pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam petelur sebanyak 25 kg dimasukkan kedalam bak kultur yang telah berisi lumpur halus dan bekatul yang telah terfermentasi, kemudian dicampur dan diaduk merata. Larutkan probiotik sebanyak 200 ml kedalam ember yang berisi air sebanyak 5 liter, kemudian diaduk merata, Setelah itu larutan probiotik tersebut di masukkan kedalam bak kultur cacing sutera dengan cara menyiram secara merata pada permukaan media kultur. Terakhir masukkan air sampai setinggi 7-10 cm dari permukaan substrat, setelah itu media didiamkan selama 4-5 hari supaya terjadi dekomposisi bahan media dan dilakukan penebaran bibit Cacing Sutra (BPBAT Tatelu).