Wednesday, January 8, 2020

Materi Pendederan Ikan Nila

Pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan nila dari hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan pendederan ini dilakukan dua tahap yaitu pendederan tahap I dan pendederan tahap II. Tujuan dari pada pendederan ini adalah untuk memperoleh ikan nila yang mempunyai ukuran seragam, baik panjang maupun berat dan memberikan kesempatan ikan nila mendapatkan makanan sehingga pertumbuhan juga seragam (Khairuman dan Amri, 2007).

A. Persiapan Media Pendederan
Pada ikan nila pemeliharaan larva dan benih ikan dapat dilakukan padawadah pemeliharaan larva antara lain adalah akuarium, fibre glass, bak dan sebagainya. Sebelum larva dimasukkan, wadah pemeliharaan larva terlebih dahulu dibersihkan dan dilakukan sanitasi. Sanitasi dapat menggunakan malachyte green atau methalyn blue 10 ppm dengan cara dibilas keseluruh permukaan wadah. Pemeliharaan larva dilakukan selama 6 - 8 hari, larva berumur 3 hari sudah dapat berenang di dasar wadah pemeliharaan. Sedangkan larva umur 5 hari sudah dapat berenang dipermukaan air. 

Kolam yang akan digunakan harus bisa menahan air dan tidak bocor. Saluran tengah atau kemalir harus tersedia dan berfungsi seperti yang diharapkan, yakni memudahkan panen. Pintu pemasukan dan pengeluaran air kolam dan saringan di  kedua pintu air juga harus tersedia. Langkah selanjutnya adalah pengeringan kolam.  Pengeringan tergantung dari cuaca, jika cuaca panas pengeringan cukup 3 – 4 hari.  Namun, jika sedang musim hujan, proses pengeringan agak lama. Setelah kering, kolam harus dipupuk untuk menumbuhkan makanan alami yang sangat dibutuhkan  oleh benih ikan nila yang akan ditebarkan. Sebagai patokan, biasanya petani  memupuk dengan kotoran ayam sebanyak 250–500 gr/m2 , TSP dan urea masing￾masing 8 – 10 gr/m2, dan kapur 15 – 25 gr/m2. Setelah pupuk ditebar, kolam diisi air  secara bertahap sampai mencapai ketinggian 75 – 100 cm dari dasar kolam. Untuk  memberi kesempatan pupuk bereaksi sempurna, media pemeliharaan dibiarkan  selama 5 – 7 hari dari pemupukan (Khairuman dan Amri, 2007). 

B. Penebaran Benih
Benih yang telah berumur 7 - 8 hari ditebar di kolam pendederan. Diharapkan pada saat penebaran pakan alami sudah tersedia di kolam. Padat penebaran benih ikan nila sebanyak 75 - 100 ekor/m2. Benih dari wadah pemeliharaan larva ditangkap menggunakan seser halus. Larva yang tertangkap tersebut ditampung di wadah. Selanjutnya benih tersebut ditebar di kolam. Sebelum ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi dengan cara wadah yang berisi larva dimasukkan ke dalam air kolam. Jika suhu air wadah penampungan larva lebih rendah dari suhu air kolam maka air kolam dimasukkan sedikit demi sedikit ke wadah penampungan sampai suhu kedua air tersebut sama. Selanjutnya larva ditebar dengan cara memiringkan wadah penampungan larva sehingga larva dapat keluar dengan sendirinya berenang ke kolam. Penebaran larva sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Pendederan dilakukan selama 3 – 4 minggu. Pada umur tersebut benih ikan sudah mencapai ukuran 3 – 5 cm. Selama pendederan benih ikan selain mendapatkan makanan alami di kolam juga diberi pakan tambahan yang halus seperti dedak. Pakan tambahan tersebut ditebar di sepanjang kolam. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 - 3 kali perhari. Kandungan protein pakan benih ikan sebesar ≥ 30 %. Jumlah pakan yang diberikan 10 % dari biomasa.

C. Pemeliharaan Larva dan Benih
Pemeliharaan larva meliputi pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air. Selama pemeliharaan, larva dapat diberi pakan berupa pakan alami, tepung ikan, dedak halus dan sebagainya. Pakan yang diberikan harus lebih kecil dari bukaan mulut larva dan jumlah pakan. Ukuran butiran pakan harus lebih kecil dari bukuaan mulut larva. Demikian pula jumlah pakan harus sesuai dengan jumlah larva. Pakan yang tersisa di wadah pemeliharaan dapat mengakibatkan kualitas air kurang baik. Oleh sebab itu setiap hari dilakukan penyiponan terhadap kotoran atau sisa pakan. Air harus terus menerus mengalir di wadah. Selain itu sebaiknya diberi aerasi pada wadah pemeliharaan larva.

Secara umum jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seekor ikan rata-rata berkisar antar 5 – 6% dari bobot tubuhnya/hari. Akan tetapi, jumlah tersebut dapat berubah-ubah karena berbagai faktor, salah satunya adalah suhu lingkungan. Suhu air juga berpengaruh terhadap aktifitas metabolisme. Ukuran ikan juga berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi. Ikan yang berukuran kecil membutuhkan makanan lebih banyak karena laju pertubuhannya sangat pesat. Dalam kegiatan budidaya, benih ikan dapat diberi makan sampai 50% bobot biomassa/hari (Mudjiman, 2006).

Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1999), Ketersediaan pakan alami merupakan faktor pembatas bagi kehidupan benih ikan di kolam. Di dalam unit pembenihan, jasad pakan harus dipasok secara kontinyu. Keistimewaan pakan alami bila dibandingkan dengan pakan buatan adalah kelebihan pemberian pakan alami sampai batas tertentu tidak menyebabkan penurunan kualitas air.

Selain makanan alami yang tersedia di kolam, diberikan juga makanan tambahan pakan (pelet) dengan kandungan protein minimal 25%, dengan frekuensi pemberian pakan 2 – 3 kali sehari yaitu : pagi, siang dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan 3% dari berat biomas ikan perhari (Ditjenkanbud, 2002).

Bentuk pakan buatan dapat disesuaikan dengan umur dan ukuran benih. Benih muda ukuran kecil diberi pakan berbentuk tepung. Pakan buatan untuk benih dapat diramu dari campuran tepung ikan, minyak ikan, mineral, dan vitamin. Pakan tambahan untuk benih gelondongan besar berupa pellet besar dengan kadar protein 25%. Benih-benih yang masih kecil pakan tambahannya hanya sedikit, yang utama adalah pakan alami. Kalau pakan tambahan lebih diutamakan untuk benih yang masih kecil mengakibatkan pertumbuhannya lambat dan banyak kematian (Suyanto, 2005). 

D. Kualitas Perairan
Kualitas air sangat penting diperhatikan dalam kegiatan pendederan. Suhu yang baik untuk pendederan ikan nila adalah 28 – 30 0C. Sedangkan oksigen terlarut sebesar 6 - 8 ppm. Pertumbuhan ikan mulai terganggu pada suhu ≤ 18 0C dan ≥ 30 0C. Pada suhu optimum, pertumbuhan ikan normal. Suhu air sangat berpengaruh pada laju metabolisme ikan. Perubahan temperatur yang terlalu drastis dapat menimbulkan gangguan fisiologis ikan yang dapat menyebabkan ikan stress. 

E. Hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang benih ikan nila adalah belut, ular, burung, ikan gabus dan ikan lele. Penyakit yang menyerang terutama penyakit parasitik seperti Ichthyophthirius multifilis yang mengakibatkan bintik putih dipermukaan tubuh ikan dan mengakibatkan kematian masal. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan menambahkan garam dapur di kolam media pendederan sebanyak 200 gr/ m3

Pencegahan hama dan penyakit pada kegiatan pendederan sangatperlu dilakukan. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan pengeringan dan pengapuran dasar kolam serta pergantian air kolam, membuat saringan air sebelum air masuk ke kolam. 

G. Rangkuman
Pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan nila dari hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan pendederan ini dilakukan dua tahap yaitu pendederan tahap I dan pendederan tahap II. Tujuan dari pada pendederan ini adalah untuk memperoleh ikan nila yang mempunyai ukuran seragam, baik panjang maupun berat dan memberikan kesempatan ikan nila mendapatkan makanan sehingga pertumbuhan juga seragam. 

Pendederan dilakukan karena larva yang berumur 7-8 hari diperikirakan masih terlalu lemah dan rentan terhadap ancaman baik predator maupun penyakit sehingga apabila langsung ditebar di kolam pembesaran maka diperkirakan kelangsungan hidup larva akan rendah. Berhasil tidaknya kegiatan pembesaran ang akan di lakukan tergantung pada benih yang dihasikan pada kegiatan pendederan. Pendederan meliputi Persiapan Media Pendederan, Penebaran Benih, Pemeliharaan Larva dan Benih, Kualitas Perairan, Hama dan Penyakit