Tuesday, January 7, 2020

Materi Pembenihan Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cichlidae, Sub-ordo Percoidea, Ordo Percomorphi, Sub-kelas Acanthoptherigii. Bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik yang berukuran besar. Mata besar, menonjol, dan bagian tepi berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada.

Perbandingan Panjang total dan tinggi badan tubuh ikan nila adalah 3 : 1. Selain itu, terlihat adanya pola garis-garis vertikal yang terlihat sangat jelas di sirip ekor dan sirip punggung ikan nila. Jumlah garis vertikal di sirip ekor ada enam buah dan sirip pungung ada delapan buah. Garis dengan pola yang sama (garis vertikal) juga terdapat dikedua sisi tubuh ikan nila dengan jumlah delapan buah. Ikan nila memiliki lima buah sirip yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (Pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga pada bagian sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip ekor yang berukuran yang lebih kecil. Sirip anus hanya ada satu buah dan berbentuk agak panjang. Sirip ekor berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah. Bentuk tubuh ikan nila dapat di lihat pada Gambar 1.

Jenis ikan Nila yang telah berkembang di masyarakat adalah Nila Hitam dan Nila Merah. Dalam rangka perbaikan genetik, jenis yang telah berhasil dikembangkan adalah Nila ESIT, Nila JICA, Nila LARASTI, Nila BEST, Nila NIRWANA, Nila JATIMBULAN.

A. Lokasi dan Wadah Pemeliharaan
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 - 5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  3. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl). 
  4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh  dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.  Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat  pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya  plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau  kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan  plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Untuk di kolam dan  tambak, angka kecerahan yang baik antara 20 - 35 cm. 
  5. Debit air untuk kolam air tenang 8 - 15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang  dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air  arus deras. 
  6. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6 - 8,5.  Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7 - 8. 
  7. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 0C. 
  8. Kadar garam air yang disukai antara 0 - 35 per mil 
B. Pemilihan Induk dan Pemeliharaan Induk

1. Pemilihan induk
Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran  yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah  satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang  dihasilkan. Jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan oleh  induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah  dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh  digangggu ikan lain. Jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan  agar mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina yang  matang gonad 

Ikan nila yang ukurannya masih kecil belum menampakkan perbedaan alat  kelamin. Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan kelamin sudah mulai dapat  terlihat. Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran  sisik yang lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa  tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran  sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan  mengeluarakan cairan bening. Sedangakan ikan nila betina mempunyai lubang  genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus. Perbedaan  kelamin antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2.

Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna  biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan  berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis  putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan  melingkar (Khairuman dan Amri, 2007). Perbedaan antara ikan nila jantan dan betina  dapat dilihat pada Tabel 1 (Mubinun, et al., 2007).
Tabel 1 . Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina 
Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas  induk, secara umum ciri-ciri induk yang baik adalah sebagai berikut:
  1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi. 
  2. Pertumbuhannya sangat cepat.
  3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
  4. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
  5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
  6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih perekor dan berumur sekitar 4-5 bulan
Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan induk yang belum siap memijah. Induk yang berkualitas baik kondisi sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak kusam), gerakan lincah dan memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.
Tabel 2. Ciri-ciri Induk Jantan dan Induk Betina
Sedangkan menurut SNI 01- 6138 - 1999 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi dapat dilihat pada Tabel 3. 

2. Pemeliharaan Induk
a. Kolam Pemeliharaan Induk
 Kolam pemeliharaan induk merupakan kolam pemeliharaan calon induk atau  induk yang dipijahkan hingga menjelang akan dipijahkan. Selain itu, kolam ini dapat diartikan sebagai kolam pematangan gonad. Kolam pemeliharaan induk sangat penting disiapkan agar dapat telur berkualitas baik. Untuk memudahkan pengelolaannya, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 100 m². Kepadatan kolam induk sebaiknya hanya 2 ekor/ m². Jika kolam terlalu padat maka produksi telur dan frekuensi pemijahannya rendah. Jumlah kolam induk dalam satu unit pembibitan sebaiknya 2 – 4 bidang. Ini dimaksudkan agar induk – induk yang sudah memijah dapat dipindahkan ke kolam yang kosong/ cadangan. Induk ini terus dipelihara sampai mengalami pematangan sel telur lagi (Suyanto, 1994).Syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20 - 22 0 C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir

b. Pemberian Pakan Induk
Pakan diberikan sebagai tambahan bagi induk maupun anak ikan. Makanan pokok yang harus ada adalah pakan alami. Dalam pembenihan sistem tradisional,pakan tambahannya berupa bahan limbah pertanian, seperti dedak, bekatul, bungkil kacang tanah, dan ampas kelapa. Untuk pembenihan secara intensif, pakan tambahannya berupa pelet dengan susunan bahan – bahan yang mengandung nilai gizi tinggi.

Pakan tambahan untuk induk adalah pelet dengan kadar protein 30%, sedangkan untuk benih gelondongan besar berupa pelet dengan kadar protein 25%. Benih yang nilaih kecil, pakan tambahannya hanya sedikit, yang utama adalah pakan alami. Kalau pakan tambahannya lebih diutamakan untuk benih yang nilaih kecil, menyebabkan pertumbuhannya lambat dan banyak ke matian (Suyanto, 2010).

c. Kualitas Air pemijahan
Pada masa berpijah ikan nila membutuhkan suhu antara 22 – 27 oC. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, pH optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan ini adalah 7 – 8 (Rukmana, 2007).Menurut Sutisna dan Sutasmanto (1999), Induk yang dipelihara dalam konsentrasi oksigen 5 mg/l menghasilkan jumlah telur dan frekwensi pemijahan yang tinggi. 

C. Teknik Pembenihan
1. Persiapan Wadah Pemijahan
 Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 0 C; pH air 6.5 – 8.5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kadar ammoniak (NH3) < 0.01 mg/I; kecerahan kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agaktenang dan kedalaman yang cukup

Kolam pemijahan dapat dibuat berdinding beton. Kolam pemijahan nila yang berdasar tanah disukai nila karena banyak dihuni plankton dan tumbuhan air kecil yang menjadi pakan tambahan. Dasar kolam tanah juga memudahkan nila jantan membuat cekungan untuk memijah. 
Untuk kolam pemijahan, padat tebar disarankan 1 – 3 ekor / m². Satu paket induk berjumlah 300 ekor. Sistem paket diberlakukan untuk menekan laju penurunan mutu benih yang dihasilkan bila keturunannya dijadikan induk kembali setelah melalui seleksi ketat. 

Bila induk yang dipijahkan sebanyak 1 paket, luasan kolam yang dibutuhkan sekitar 100 – 300 m². Ketinggian air sekitar 75 cm dengan tinggi kolam sekitar 1 m. Debit air yang nilauk cukup 1 liter / detik. Jika terlalu deras nila tidak nyaman memijah. Air yang mengalir diperlukan untuk mengganti penguapan yang terjadi. 

2. Proses Pemijahan
Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 0 C. Ikan nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah padasarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan beberapa sistim antara lain:

a. Pemijahan Secara Tradisional/Alami
Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah, sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan pemijahan alami meliputi antara lain;

1) Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina dalampemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada berapa banyak kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasarkolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam dilakukan pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam berlumpur untuk pembuatan sarang dan meningkatkan kesuburannya agar cukup tersedia pakan alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan.Pemupukan dapat diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi dari ketiga macam pupuk tersebut. Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama, penyakit dan parasit larva ikan serta meningkatkan

2) Kualitas air
Kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut >  5 ppm, pH > 5, suhu 20 -30 0C dan NH3 < 1 ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti tersebut, pengairan kolam harus dilakukan dengan pengaturan yang baik. Air pemasukan terus menerus dialirkan dengan debit 2 - 5 liter/ menit untuk luasan kolam 200 2 m.

3) Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa sehingga pada proses pemijahan harus cukup cadangan energi dari pakan ikan. Pakan tambahan dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per hari dari bobot induk. Selama proses pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 - 12.

b. Pemijahan Secara Intensif
Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian pemanenan larva relatif mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif karena tidak sering terganggu yang dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk. 

1) Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara kolam jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam pemijahan alami.

2) Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter persegi, maka padat penebaran induk adalah antara 250 - 300 ekor induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan bobot >  500 gr/ekor. Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar dari kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya. Di kolam II ini larva tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III, sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk betina yang ada.

3) Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 - 6 % perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang dibutuhkan oleh induk dan larva

D. Penetasan Telur
Pada ikan nila yang telurnya akan ditetaskan pada corong penetasan harus dilakukan pemanenan telur. Pemanenan telur ikan nila ini dilakukan pada hari ke 9. Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil telur dari mulut induk betina ikan nila. Sebelum pemanenan terlebih dahulu permukaan air kolam diturunkan sampai ketinggian 10 - 20 cm. Jika pemijahan dilakukan di hapa (waring), maka caranya adalah dengan menarik salah satu ujung hapa ke salah satu sudut hapa. dengan hati-hati untuk menghindari induk mengeluarkan telur. Karena induk ikan nila jika merasa dalam bahaya atau terdesak akan mengeluarkan telur di sembarang tempat. Hal ini akan menyulitkan dalam mengumpulkan telur ikan nila.

Pengambilan telur ikan nila dilakukan dengan menangkap induk satu persatu. Penangkapan induk dilakukan menggunakan seser kasar dan seser halus. Kedua seser ini digunakan pada saat bersamaan. Seser kasar berfungsi untuk menangkap induk sedangkan seser halus berfungsi untuk menampung telur ikan. Seser kasar terletak terletak dibagian bawah. Pada saat menangkap induk dilakukan dengan hati￾hati agar telur tidak dikeluarkan. Cara mengambil telur dari induk betina yaitu dengan memegang bagian kepala ikan. Pada saat bersamaan salah satu jari tangan membuka mulut dan tutup insang. Selanjutnya tutup insang di siram air sehingga telur keluar melalui rongga mulut. Selanjutnya telur-telur tersebut ditampung dalam wadah. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari gerakan induk sekecil mungkin agar telur yang telah keluar tidak berserakan. Induk yang telah diambil telurnya dan yang belum memijah dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Telur pada wadah penampungan jangan terkena sinar matahari langsung dan diupayakan telur selalu bergerak. Telur yang terlalu lama diam serta kena sinar matahari langsung dapat menimbulkan kematian. Selanjutnya sebelum dimasukkan ke corong tetas, telur terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran berupa lumpur, lumut, sisa pakan dan sebagainya. Telur yang telah bersih dari kotoran dapat dimasukkan ke dalam 
corong penetasan
Pelepasan telur terjadi dalam beberapa kali dalam waktu beberapa menit. Waktu yang diperlukan untuk pemijahan tidak lebih dari 10 - 15 menit. Sekali bertelur, induk ikan nila dapat mengeluarkan telur sebanyak 300 - 3000 butir, tergantung besar dan berat induk ikan betina. Induk muda yang pertama kali bertelur kemampuannya masih sedikit. Makin tua umurnya, makin tinggi/banyak produksi telurnya. Induk yang terlalu tua juga mulai menurun produksi telurnya serta kurang baik mutu anak-anaknya. Sebaiknya induk ikan nila dipijahkan hanya selama 2 tahun saja, kemudian diganti dengan induk yang baru. Telur yang telah dibuahi lalu dipungut oleh induk betina dan dikulum di dalam rongga mulut untuk dieramkan. Telur ikan yang dibuahi diameternya kurang lebih 2,8 mm. Selama mengerami telurnya, induk betina tidak pernah makan sehingga badannya kurus. Pengeraman terjadi selama 2-3 hari, dan setelah menetas larva masih dijaga oleh induknya selama 6-7 hari. Ukuran burayak/larva yang baru menetas antara 0,9 - 10 mm. Burayak yang masih ada dalam mulut induknya mengisap telur kuning yang ada pada tubuhnya selama 4 - 5 hari.

E. Pemanenan Benih
Kegiatan pemanenan benih meliputi persiapan penampungan benih, pengeringan kolam, penangkapan benih dan pengangkutan. Pemanenan benih ikan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Hasil panen benih ikan terdiri dari berbagai ukuran sesuai dengan tahapan pembenihan. Hasil dari pendederan berupa benih ikan yang panjangnya 2-3 cm. Pembenihan tahap I menghasilakn benih berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10 g/ekor. Pembenihan tahap II menghasilkan benih yang berukuran 10-12 cm dengan berat 30-50 g/ekor dan tahap III menghasilkan benih yang berukuran 16-18 cm dengan berat ± 100 g/ekor (Suyanto, 2010).

Penangkapan benih dilakukan dengan cara ditangkap dengan sekup net besar atau waring. Setelah ditangkap larva dinilaukan kedalam ember dan ditampung dalam hapa halus yang dipasang dikolam tersebut. Saat itu juga larva harus ditebar dikolam pendederan (Arie, 2000). 

Menurut Fatimah (2010), pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan dua cara, antar lain :

1) Panen total
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan (penangkapan) dibuat seluas 1 m² di depan pintu pengeluaran sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan secepatnya dan hati – hati agar ikan tidak terluka. 

2) Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan di panen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan nila yang tidak terpilih sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5 – 1,0 ppm selama 1 jam sebelum dikembalikan ke kolam (karena biasanya terluka akibat jaring).

G. Rangkuman
Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon induk harus mempunyai ciri-ciri : mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi. Pertumbuhannya sangat cepat. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih perekor dan berumur sekitar 4-5 bulan. 

Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 - 5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl). Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan￾bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20 - 35 cm. Debit air untuk kolam air tenang 8 - 15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6 - 8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7 - 8. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 0C. Kadar garam air yang disukai antara 0 - 35 per mil 

Hasil panen benih ikan terdiri dari berbagai ukuran sesuai dengan tahapan pembenihan. Hasil dari pendederan berupa benih ikan yang panjangnya 2-3 cm. Pembenihan tahap I menghasilakn benih berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10 g/ekor. Pembenihan tahap II menghasilkan benih yang berukuran 10-12 cm dengan berat 30-50 g/ekor dan tahap III menghasilkan benih yang berukuran 16-18 cm dengan berat ± 100 g/ekor