Friday, August 17, 2012

MORFOLOGI ARTEMIA


Populasi Artemia dijumpai hidup banyak di danau-danau garam dan tambak-tambak garam di seluruh dunia. Pada suatu saat tertentu di setiap tahun, banyak partikel (butiran) berwarna coklat berdiameter antara 200-300 mikron mengapung di permukaan danau.  Partikel coklat ini dalam jumlah banyak terlihat seperti tepung yang sebenarnya terdiri dari kista kering yang tidak aktif dalam kondisi tetap “tidur” (crystobiosis) sepanjang kondisi tetap kering.
Selama kondisi terendam air laut, kista yang bentuknya bundar ( biconcave) akan terhidrasi, berubah bentuk menjadi lonjong (spherical), dan di dalam cangkang embrio terus mengalami proses metabolism. Selama 24 jam masa inkubasi membrane luarnya pecah dan embrionya keluar. Beberapa jam kemudian embrio betul-betul meninggalkan cangkangnya. Namun masih melekat di bawah cangkangnya (fase payung). Di dalam fase membrane penetasan perkembangan nauplii telah selesai, kaki-kakinya mulai bergerak dan dalam jangka pendek membrane penetasan pecah dan terpisah (disini istilah penetasan dimulai) dan nauplii yang bebas berenang lahir.
Fase larva yang pertama berukuran 400-500 mikron panjangnya, berwarna coklat-oranye (sebagai akumulasi cadangan telurnya) dan mempunyai 3 pasang kaki. Kaki pertama atau antenna pertama disebut antennulae yang berfungsi sebagai alat gerak dan menyaring makanan, dan mandible yang berfungsi untuk meraup makanan. Mata tunggal (ocellus) berwarna merah terletak diantara antenna pertama. Bagian ventral hewan ini tertutup oleh labrum besar yang berperan dalam proses pengambilan makanan (mentransfer partikel makanan dari seta penyaring ke dalam mulutnya). Instarl belum bisa makan karena sistem pencernaannya belum berfungsi, apalagi mulut dan anusnya masih tertutup.
Setelah kira-kira 12 jam hewan berganti kulit kedalam fase larva yang ke-2 (dikenal juga sebagai instar II). Partikel makanan berukuran kecil (misal sel algae, bacteria, detritus) antara 1-40 mikron disaring oleh antenna ke-2 dan kemudian dimasukkan kedalam saluran pencernaannya (ingestion).
Larva berkembang dan berubah bentuk melalui 15 kali ganti kulit (moulting). Sepasang kaki lobular muncul di bagian dada dan berganti menjadi thoracopod, pada kedua sisi sepasang mata lateral terbentuk. Dari instar 10 keatas, terjadi perubahan fungsi dan morfologis, misalnya antennae kehilangan fungsi lokomotionnya dan mengalami perubahan seksual.
Pada hewan jantan, antennae ini berkembang menjadi pengait/penjepit, ementara pada hewan betina entennae berubah menjadi kaki-kaki sensor. Thorakopod sekarang berubah kedalam 3 fungsi, yakni: telopodit dan endopodit yang mempunyai fungsi pergerakan (locomotion) dan penyaringan makanan (filter-feeding), serta ekspodit membrane berfungsi sebagai insang (alat pernafasan).
Artemia dewasa berukuran panjang kira-kira 10mm pada jenis biseksual, dan berukuran sampai 20 mm pada jenis parthenogenesis polyploidy. Fase dewasa ditandai dengan tubuh yang tumbuh memanjang dengan 2 pasang mata, saluran pencernaan linier, antenna sensor dan 11 pasang thoracopod yang telah berfungsi. Hewan jantan mempunyai sepasang supit besar (antenna ke-2) pada daerah kepala, sementara bagian bawah (posterior) di daerah dada terdapat sepasang penis yang bisa dilihat. Hewan betina tidak terdapat kaki-kaki yang berbeda di daerah kepala tetapi terletak tepat di belakang thoracopod yang ke-11.
Menjelang proses kawin (precopulation) pada Artemia dewasa diawali oleh pejantan yang menjepit si betina dengan antennae-nya diantara uterus dan thoracopod paling belakang/terakhir. Pasangan jantan-betina ini dapat berenangrenang dalam waktu yang lama dalam “posisi membonceng”, memukul thoracopod-nya pada laju yang sinkron. Proses kopulasi yang sebenarnya terjadi secara cepat dan reflek, yaitu dimana perut Artemia jantan ditekuk kedepan, begitu penis dimasukkan kedalam uterus, telur dibuahi. Pada Artemia jenis parthenogenesis pembuahan tidak terjadi dan perkembangan embrio bermula begitu telur sampai di uterus.
Telur yang telah dibuahi normalnya berkembang menjadi nauplii yang langsung mampu berenang bebas (free-swimming nauplii) (ovoviparous reproduction) yang dikeluarkan induknya. Pada kondisi ektrim, misal kadar garam tinggi atau kadar oksigen rendah, kelenjar cangkangnya, yakni organ berbentuk seperti anggur yang terletak di uterus, menjadi aktif dan mengakumulasi produk sekresi berwarna coklat (haematine). Embryo hanya akan berkembang sampai pada tahap gastrula dimana tahap ini embrio akan dikelilingi oleh kerangka keras dan tebal yang diproduksi oleh kelenjar cangkang coklat, memasuki tahap istirahat (dormancy) atau diapauze (berhentinya proses metabolism embrio) dan dilepaskan oleh betina (oviparous reproduction).
Telur biasanya akan terapung-apung di permukaan perairan pada kadar garam yang tinggi dan akan terseret kepinggiran oleh angin dimana telur kemudian mengumpul dan mengering. Karena proses dehidrasi ini, mekanisme diapauze terhenti sehingga telur kembali mengalami proses perkembangan embrionik berikutnya ketika terhidrasi pada kondisi optimal untuk menetas.
Pada kondisi optimal, Artemia bisa hidup untuk beberapa bulan, tumbuh dari nauplius samapi dewasa hanya 8 hari dan bereproduksi pada laju lebih dari 300 nauplii atau kista tiap 4 hari. (Tarwiyah 2001)